Senin, 27 April 2009

Hasil Pengamatan Nyotoy Gw Tentang Berkeluarga dan Berkorupsi

Pertama gw tekenin dulu kalo gw nulis ini bukan dalam maksud apa-apa, ok? Awas aja kalo ada yang mikir macem-macem!

Dari yang gw amati di kehidupan nyata beberapa keluarga, termasuk keluarga gw sendiri. I found out that seorang suami itu rela melakukan apa aja supaya istrinya tersenyum. Kalau berdasarkan buku yang gw baca berjudul “Men are from mars, Women are from venus”, pria itu rela membelikan suatu yang wah buat wanita yang dia sayangi karena berfikir bahwa rasa cinta yang diberikan dari wanita akan berbanding lurus dengan harga barang wah yang dibeliin itu.

Humm... dari yang gw baca juga, ya emang gitu pola pikir cowok. Pola pikir mereka pake sistem nilai berbanding lurus dengan harga. Berbeda dengan wanita. Pola pikir wanita: berapapun harganya tetep diitung satu, mau itu murah atau mahal. Jadi saran dari gw mah ga usah beliin yang wah buat cewek, tapi yang bener-bener cewek itu suka, supaya cewek itu ngasih poin lebih dari satu atas pemberian si cowok.

Fitrahnya wanita adalah suka dengan perhiasan. Perhiasan ga terbatas pada kalung, cincin, dll gitu, tapi termasuk diantaranya juga kayak perabotan rumah, mobil, lifestyle. Ga bisa dipungkiri lah. Gw sadar gw juga seperti itu, tapi belum tau yang gw sukain apa. Hehehe. Bohong! Hahaha...

Nah, untuk yang sudah berkeluarga, seorang istri itu berhak dong minta beliin apa-apa dari suaminya. Jadi kalo melihat rumput tetangga lebih hijau, di obrolannya pasti nyebut-nyebut terus. Ujung-ujungnya mau yang lebih bagus daripada tetangganya. Istri yang sudah gelap mata, bisa membuat suaminya gelap mata juga. Meskipun kondisi ekonomi mereka sebenarnya ga memungkinkan membeli suatu hal itu, suami rela melakukan apapun supaya istrinya tersenyum. Sayangnya, gelap mata itu bisa berujung pada mendapatkan uang dari jalan apapun, salah satunya yang paling gampang dilakukan, yaitu menggelapkan sejumlah uang a.k.a korupsi

It is so easy

So simple ngeliat awalnya dimana dan berakhir dimana. Jadi teringat sebuah hadist yang isinya kurang lebih:
Rasulullah diperlihatkan neraka dan beliau melihat banyak wanita di dalamnya. Malaikat menyampaikan kalau wanita banyak yang masuk neraka karena saat di dunia memakai pakaian tapi tidak seperti berpakaian, dan istri yang tidak bersyukur atas suaminya.
Kurang lebih seperti itu. Kalau ada yang tau hadist lengkapnya, tolong lengkapin yah.

Mmm... ya memang begitu. Karena itu juga ada istilah “Behind good man, there is great women”. Suami itu berbanding lurus dengan istrinya. Jadi wanita itu tantangannya besar, dari zaman ke zaman. Gampang banget tergelincir. Sedih melihat istri yang banyak menuntut dari suaminya. Kasian si suami yang bekerja keras buat nyenengin sang istri, tapi istrinya ga pernah bersyukur atas kerja keras sang suami.

Mudah-mudahan wanita-wanita Indonesia belajar selalu bersyukur. CMIIW...

ps: sebenarnya menulis ini karena kondisi di kosan gw. Sssstttt... jangan ada yang bilang-bilang yak

Jumat, 24 April 2009

Berbicara Tentang Tempel-tempelan Provokasi di Kampus

baru aja buka Rileks dan ke thread Serious Discussion, ada yang ngebahas tentang tempelan provokasi. Jadi inget pernah ngambil foto ini...

Foto ini diambil beberapa hari setelah ada acara dari KM ITB menyambut Hari Kartini. Kenapa sampai ada tempelan seperti ini? Karena di acara tersebut ada fashion show gitu dengan ya... ga mau ngebahas yang tahun lalu lah

All i want to say is: kenapa Gamais diem ya saat itu?
apa tempelan itu perlu buat ngingetin Gamais? Jujr sih, ga mau ini kejadian lagi di kepengurusan gw

But thanks buat yang nempel...

Senin, 13 April 2009

Dan Aku Tidak Mau Menjadi Ibu yang Tidak Adil Terhadap Anak-anaknya

Menjadi seorang penjaga adik-adik 2008 di kepanitiaan Gamais, cukup membuat Sika merasa tua sangat ya. Udah beda 2 tahun... Tantangannya beda... Dunianya beda (syiapa yang di ghaib-nya? Hahaha)

Baru sekitar sebulan setengah yah kepanitiaan itu berjalan efektif. Berbagai tantangan juga bermunculan, dari teknis hingga psikologis. Sika sebagai seorang koordinator akhwat syiar dan pelayanan kampus Gamais ITB cukup merasa sebagai ibu dari adik-adik ini. Dan sebagai ibu Sika harus memperhatikan mereka sebaik-baiknya. Menyelesaikan tantangan-tantangan itu salah satu tugas Sika sekarang...

kalau urusan teknis, Sika rasa adik-adik sudah cukup cerdas untuk menyelesaikan sendiri. Nah, beda halnya dengan urusan psikologis. Somehow, pasti butuh penengah dalam urusan ini. Seorang ibu yang ngasi tau dan mencontohkan bagaimana dealing dengan perasaan (terutama). Tantangan psikologis kurang lebih yang terlihat itu kurang motivasi, merasa direndahkan, ga dihargai, syubidu syalala.

Kemudian Sika sebagai seorang wanita hanya membela kaumnya saja. Padahal sebagai seorang ibu, harusnya Sika bisa melihat dari kedua sisi pandang. Jadi ibu harus bisa melihat dari mata anak perempuan dan mata anak laki-laki. Problemo muncul di sini. Sika ga tau bagaimana melihat dari mata anak laki-laki (meskipun cukup belajar dari adik kandung cowok). Kemudian rasa tidak adil akan muncul dari anak-anakku.

Heumh... lucu juga... lucu.. lucu..

akan banyak manfaat kalau Sika belajar cara mendidik anak sekarang yah. Hehehe... Semangat, Sika!!!

.SiMama,Mami,Bundo,danTetehLebay.

Selasa, 07 April 2009

Qita berlari

kita berlari dan teruskan bernyanyi
kita buka lebar pelukan mentari
Bila ku terjatuh nanti,
Kau siap mengangkat aku lebih tinggi

Seperti pedih yang telah kita bagi
Layaknya luka yang telah terobati
bila kita jatuh nanti …. kita siap tuk melompat lebih tinggi


Semangat, Sika! SEMANGAT!! SEMANGAT!!!

kau ingat kenapa qita ga mneyerah kan?

Ya, Karena kita ga bisa menyerah